OPINI UMUM

KAWULA MUDA; HARAPAN BANGSA

Oleh: Rifqi Hasani*

Melihat keadaan Indonesia yang semakin hari seakan kacau-balau dalam masalah generasi selanjutnya. Bangsa kita terasa sangat sulit untuk mewujudkan para penerusnya menjadi orang yang berwawasan luas, beberapa konflik internal maupun eksternal terus mengitari hidup kita, penyalahgunaan narkoba terus bertambah, hubungan di luar nikah sudah terjadi dimana-mana, para tikus-tikus berdasi dengan mudahnya melahap habis uang negara (korupsi), itu semua masih menjadi zona nyaman bagi para generasi bangsa. Memang ada beragam warna realita yang simpang siur di ruang pandang kita saat ini. Beberapa terlihat menyadari amanah bangsa yang ditumpukan di pundak mereka. Ada yang giat belajar, meraih penghargaan prestise di berbagai bidang, dan tidak mudah takluk pada keadaan. Sayangnya, beberapa lagi lebih suka hura-hura dan bersikap cuek saja pada title mereka sebagai generasi bangsa.

Saya masih muda, dan kata para guru di kelas, kami para kawula muda adalah generasi yang akan menyetir arah langkah bangsa kedepannya. Agen of Change, demikian katanya. Sederhananya, kami adalah penentu jatuh bangun bangsa. Jadi bagi saya, untuk mengetahui masa depan bangsa ini, kita cukup mengamati bagaimana keadaan generasinya saat ini. Masihkah bangsa ini mampu mengharapkan masa depan yang cerah? Pada dasarnya, bangsa Indonesia masih mampu untuk merengkuh masa depannya lebih baik lagi, akan tetapi yang harus digaris bawahi ialah melihat kondisi generasinya saat ini. Sejatinya, belum terlambat memperbaiki semuanya, harapan bangsa ini masih bisa dikobarkan lagi karena pemuda hari ini adalah pemimpin hari esok dan cita-cita di masa depan merupakan hasil yang kita lakukan saat ini.

Kemungkinan besar itu akan berdampak kepada seorang santri yang mana mereka juga termasuk bibit-bibit unggul harapan bangsa. Kaum sarungan adalah seseorang yang berada di bawah naungan pondok pesantren dan mengabdikan dirinya untuk menuntut berbagai ilmu pengatahuan terutama soal agama. Sehingga sistem yang diterapkan oleh lembaga ini sangat memungkinkan untuk mencetak para anak didiknya menjadi figur intelektual yang baik dalam memainkan perannya di kalangan masyarakat kelak. Para santri yang lumrahnya para remaja dan semenjak menginjakkan kakinya di pesantren, dituntut mengokohkan niatnya untuk dijadikan pondasi awal dalam menyongsong proses yang akan dijalaninya. Sehingga pembelajaran yang paling mendukung terbentuknya pendidikan karakter para santri ialah melalui metode belajar mengajar, pembiasaan berperilaku luhur, aktivitas spiritual, serta teladan baik yang dicontohkan langsung oleh kiai dan para ustadz (pengurus).

Apalagi di lingkup pesantren sudah ada sekumpulan remaja yang dijuluki sebagai penerus bangsa dengan langkah orientasi anfauhum linnas. Sejatinya, prinsip inilah yang mengantarkan kami para santri tekun berproses di pesantren. Kami tahu, selepas mondok di pesantren, kami tidak mungkin hanya berdiam diri dan berpangku tangan saja. Kami adalah harapan-harapan masyarakat yang telah dinanti-nanti kepulangannya. Seperti matahari pagi yang selalu ditunggu-tunggu oleh banyak orang.

Saya bukan mau menafikan seorang remaja yang berproses di luar pesantren, akan tetapi ingin sekali memberi gambaran terkait seorang kaum sarungan, bahwa mereka juga termasuk dari sederetan impian bangsa, akan menggantikan posisi para tokoh bangsa yang telah wafat, serta kerap kali disebut-sebut sebagai insan titipan Tuhan, penegak bangsa dan pembela agama. Oleh karena itu, bagaimana dan apa peran pesantren terhadap peradaban bangsa ke depan? Jika pesantren mampu melahirkan seorang santri yang nanti dapat menjadi jawaban segala hal dalam kehidupan bangsa Indonesia. Maka, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pesantren mempunyai metode pembelajaran yang efektif dalam manaruh benih karakter, setelah itu baru tertanamlah sikap kebaikan yang melekat kepada anak didiknya, sehingga dalam beberapa hal seperti mentaati peraturan yang ada, dan berbagai rentetan lainnya terkait nilai-nilai kesantrian harus didepankan. Di samping itu, kita selaku santri ada setumpuk amanah yang menyatu di pundak kita untuk melanjutkan tongkat estafet para tetua yang telah wafat, menjaga bangsa dengan keyakinan hati sedalam lautan, mengabdikan diri untuk memimpin sebuah negara dengan ideologi pancasila yang berbunyi Bhinneka Tunggal Ika.

Ruang Literasi Perpustakaan LS, 21 Maret 2021.

*Pengurus Perpustakaan PP. Annuqayah Lubangsa Selatan, salah satu siswa kelas akhir MA Tahfidh Annuqayah, dan lahir tepatnya di daerah pantai utara Dasuk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMBENTUK IKLIM KETERBACAAN SISWI MTs 1 PUTRI ANNUQAYAH

Gebyar Lomba Di MTs 1 Putri Annuqayah

LIPUTAN AURORA; PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD DAN HSN 2022