OPINI SISWA
KUALAT KITA JIKA MELUPAKAN MEREKA
Oleh : Safirah Sesy Devla Suprapto*
Tokoh bangsa, kalimat yang familier di telinga kita bukan? Jika sudah menyinggung masalah tokoh bangsa, pasti yang pertama kali terlintas di pikiran kita adalah pahlawan bangsa yang telah rela membela dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia walaupun sampai harus mengorbankan jiwa dan raga mereka. Salah satunya seperti Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Teuku Umar, Pangeran Trunojoyo, K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Ahmad Dahlan, Pangeran Antasari, Cut Nyak Dien, K. Hajar Dewantara, RA. Kartini dan masih banyak lagi. Para pahlawan bangsa yang telah mendahului kita inilah yang patut kita jadikan sebagai contoh dan panutan baik di dalam kehidupan rumah, sekolah maupun di masyarakat. Karena generasi muda seperti kita ini yang akan menjadi penerus bangsa untuk masa yang akan datang, dan dengan kita menjadikan para pahlawan bangsa sebagai contoh maka akan dapat membuat kita menjadi penerus bangsa yang berani, gigih, dan pantang menyerah. Akan tetapi, di zaman milenial ini banyak sekali generasi muda yang sudah tidak peduli lagi dengan peran dan jasa para pahlawan yang sudah mengorbankan jiwa dan raganya demi kemerdekaan Indonesia. Jangankan mencontoh dan meneladani sikap gigih beliau-beliau, bahkan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang mencerminkan rasa cinta dan terima kasih kita kepada para pahlawan bangsa saja sudah membuat kita lelah dan malas, seperti contoh melaksanakan upacara bendera. Memang banyak atau bahkan sebagian besar siswi yang berangkat awal saat akan diadakan upacara bendera, akan tetapi mereka berangkat awal ke sekolah bukan karena bersemangat mengikuti upacara bendera melainkan karena takut terlambat dan mendapat hukuman dari guru maupun dari BK, sehingga membuat mereka mau tak mau harus berangkat ke sekolah lebih awal dari biasanya. Padahal sikap seperti ini tidak mencerminkan rasa cinta dan meneladani para tokoh di atas. Bukan hanya malas, banyak pula dari generasi muda kita yang menjadikan artis-artis idola mereka sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari, sehinggga membuat mereka sedikit demi sedikit mulai mengikuti bagaimana cara idolanya berbicara, bersikap sampai bagaimana cara mereka berpakaian dan mulai melupakan para tokoh bangsa yang seharusnya kita jadikan sebagai teladan. Karena kefanatikan terhadap idola mereka inilah yang membuat budaya asing masuk ke dalam bangsa Indonesia dan merusak budaya bangsa Indonesia sendiri dari dalam. Sehingga tanpa kita sadari, lambat laun budaya Indonesia akan hilang dengan sendirinya dan pada akhirnya, generasi muda bangsa Indonesia tidak mengenali budaya mereka sendiri. Jika demikian, betapa kita telah kualat dan bertulah kepada para tokoh pendiri negara ini. Yakinlah kawan, bahwa sesungguhnya kualat atau tulah itu tetap ada sampai kapanpun. Jangan kita anggap karena zaman kita saat ini serba modern dan masuk di era 4.0 dengan industrialisasi berjalan amat cepat, lantas tak ada lagi kualat. Salah besar itu! Bahkan hakikatnya, saya meyakini bahwa keterpurukan bangsa hingga masalah pandemi tak hilang-hilang dari bumi pertiwi karena kita telah abai dari keteladanan tokoh bangsa itu. Kita campakkan sedemikian rupa nilai-nilai baik yang mereka wariskan kepada kita, dan kita lebih enak berpaling dari akar budaya dan nilai agama yang telah merawat bangsa ini hingga tumbuh besar. Jadi, untuk mengegah terjadinya hal tersebut kita bisa memulainya dengan memperbaiki mulai dari diri kita sendiri. Salah satunya dengan cara menjadikan para pahlawan bangsa Indonesia sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari. Boleh saja jika kita menjadikan artis-artis yang kita sukai sebagai panutan, asalkan kita tetap bisa menyeimbangkan rasa suka kita terhadap mereka dengan kewajiban kita sebagai penerus bangsa besar. Seperti contoh, kita menjadikan para artis yang kita sukai sebagai penyemangat kita dalam menuntut ilmu. Sehingga kita bisa belajar dengan giat dan semangat serta mulai membantu memajukan negara kita dengan ilmu yang telah kita dapat selama belajar. Harapan saya kepada semua remaja Indonesia di tengah dahsyatnya era globalisasi saat ini, semoga kita tetap bisa menjaga keutuhan bangsa Indonesia baik dari segi budaya, bahasaatau yang lainnya dari hebatnya hantaman globalisasi yang seakan-akan terus – menerus semakin maju tampa merasa puas dengan perubahan yang sudah disebabkannya. Asalkan kita mau untuk berusaha, maka dapat dipastikan kita akan menjadi penerus bangsa yang membanggakan dan dapat bejuang untuk memajukan bangsa Indonesia. Sama seperti perjuangan yang telah para pahlawan kita lakukan.@ * Penulis adalah ketua DPS MTs 1 Putri Annuqayah masa hikmat 2021-2022
Komentar
Posting Komentar