Muhammad Salah Sang Dermawan
Salah, demikian ia sering disebut oleh Juergen Klopp, sang pelatih, tidak termasuk dalam daftar pemain dengan gaji tertinggi. Meskipun demikian, dia sangat dikenal sebagai pribadi yang sangat dermawan. dalam sepekan, Salah memperoleh gaji 90.000 poundsterling, setara dengan Rp 1,7 miliar dari klub yang dibelanya saat ini, Liverpool.
Melalui penghasilan tersebut, dia bisa mengalokasikan 6.000 poundsterling untuk kegiatan sosial di Nagrig, tanah kelahirannya, Mesir. Di tempat ia dibesarkan tersebut, Salah mendirikan lembaga sosial bernama Mohamed Salah Charity Foundation (MSCF). Walikota Nagrig yang menjadi salah seorang anggota dewan pengurus lembaga itu, memastikan segala bantuan terhadap warga berjalan efektif dan tepat sasaran. Melalui lembaga ini, Salah telah membangun banyak hal untuk tanah kelahirannya.
MSCF mengelola klinik kesehatan yang berkualitas bersama ambulans, mengola lembaga pendidikan khusus perempuan dari sekolah dasar sampai menengah, mengelola bantuan sosial pada fakir miskin dan anak-anak terlantar, mengelola bantuan untuk para pemuda kurang mampu agar cepat menikah, mengelola bantuan untuk para janda, dan lain-lain.
Masih belum berhenti sampai di situ, Salah turut serta membangun pusat kepemudaan. Pembangunan pusat kepemudaan itu telah lama ia lakukan sebelum bermain di Liverpool. Setelah pindah klub dari AS Roma ke Liverpool, Salah kembali mendonasikan dana 210.000 poundsterling untuk Tahya Masr, sebuah lembaga pendanaan yang bertujuan mengatasi krisis ekonomi Mesir.
Ada kisah menarik tentang Salah. Peristiwa lama, jauh sebelum Salah bermain di Eropa. Kala itu, dia masih bermain di Mesir dan tinggal satu rumah dengan orang tuanya. Suatu hari, keluarga Salah dirampok. Dua hari kemudian, sang pencuri berhasil ditangkap. Ayah Salah bermaksud mengajukan tuntutan hukum kepada si perampok. Namun, Salah malah berpikir sebaliknya. Ia memohon agar ayahnya tidak mengajukan tuntutan hukum. Salah mengajak ayahnya agar memaafkan si perampok. Salah memberikan uang kepada perampok itu dan memberikan pekerjaan. Lalu sang perampok itu kemudian menjadi insaf (hlm. 39).
Dari kisah kedermawanan dan pemaafan di atas ini, kita bisa melihat bahwa sifat-sifat tersebut terpupuk sejak dahulu, jauh sebelum terkenal seperti saat ini. Kisah tersebut terungkap berkat persaksian Jack Sear, Produser Konten Editorial dan Sosial untuk Anfield HQ, dalam serangkaian tweet-nya, yang diberitakan oleh koran Inggris terkenal, The Daily Mail, 24-12-2017 lalu.
Di kampung halamannya, Nagrig. Salah membeli berbagai peralatan olah-raga yang dapat digunakan para pemain lokal atau amatir. Salah pun membeli lapangan sepak bola milik sekolah Mohamed Sayyad Al-Tantawy, agar bisa digunakan oleh masyarakat umum. Salah juga menyumbangkan tanah seharga 8 juta pound Mesir, atau setara dengan 6,3 miliar rupiah dan membangun di atas tanah tersebut pabrik pengolahan limbah untuk memasok air minum bersih ke penduduk kampung halamannya (hlm. 40).
Salah sejatinya mendapatkan hadiah berupa vila mewah dari Mamduh Abbas, pengusaha sekaligus mantan presiden klub Zamalek. Hadiah tersebut diberikan lantaran gol penaltinya mengantarkan Timnas Mesir lolos ke Piala Dunia di Rusia 2018 lalu. Tapi, hadiah tersebut ia tolak. Ia malah minta kepada Mamduh agar hadiah itu disumbangkan untuk kampung halamannya saja. Ini pun bukti, bahwa Salah lebih mementingkan orang banyak daripada kesempatan untuk memperkaya dirinya sendiri. Suatu kepribadian yang luar biasa dan sangat jarang terjadi di saat ini.
Salah juga mendonasikan 30 ribu euro atau setara dengan 627,2 juta rupiah kepada keluarga pesepakbola yang sudah pensiun, tapi tidak memiliki kehidupan ekonomi yang baik di Mesir. Dia pun telah merencanakan di tahun 2018 ini –semoga Allah mengabulkannya, amien- memasang rel kereta api yang menghubungkan Nagrig dengan Basyun, agar transportasi menjadi lancar.
Salah seorang keluarga dekatnya, Amr Abu Al-Agha menuturkan, sebenarnya Mo Salah sangat enggan jika semua kegiatan amalnya diberitakan dan diketahui oleh publik. Salah menganggap bahwa segala sumbangan yang ia berikan adalah sesuatu yang tidak perlu dipublikasikan di media. Ia hanya berkeinginan agar Nagrig menjadi desa yang tidak tertinggal jauh dari kota-kota besar Mesir. Oleh karena itu, boleh jadi apa yang terekspos di atas hanya sebagian kecil. Mungkin masih banyak yang tidak kita ketahui dari kedermawanan Mohamed Salah, sang fenomenal pesepakbola Muslim di abad XXI ini.
Bagi Salah, kegiatan berbagai kabajikan itu mungkin bukan hanya ekspresi rasa syukur, melainkan juga berbagi kebahagiaan kepada orang-orang yang memang sangat membutuhkan. Tak heran, jika di kampung halamannya, Salah diberi julukan dengan ‘sang pembuat kebahagiaan’. Dan memang, gelar tersebut tidak berlebih-lebihan disematkan kepada Salah, sebab ia memang tercipta membuat orang di sekitarnya di mana pun berada, menjadi bahagia.
Dia bukan cuma dermawan, namun akhlak Islamnya sangat luar biasa menjadi teladan bagi generasi muda Islam. Boleh jadi, ia tercipta memang untuk berdakwah melalui keterampilan mengocek si kulit bundar. Dakwah yang paling jitu di dunia Barat yang dipenuhi islamofobia. Semoga Mo Salah selalu diberi umur panjang dan semoga tetap istikamah. Amien@
Komentar
Posting Komentar