DUNIA GURU HARUS PENUH INSPIRASI
Sebagaimana dunia siswa yang teramat
luas apabila dibahas, demikian pula dunia guru, terhampar luas bak samudera
tanpa batas. Dunia guru adalah dunia pergulatan pemikiran. Di dalamnya berbagai
dimensi kehidupan tercakup, baik menyangkut aspek spiritual, sosial,
keterampilan, sampai aspek pengetahuan. Dunia guru merupakan kehidupan penuh
dinamis, sebab dari dunia ini, cita-cita peserta didik bermula. Dinamisasi
dunia guru disokong oleh sebuah persepsi bahwa sosok guru selalu ditiru dan
diteladani (digugu) sang peserta didiknya. Darinya, segala sesuatu diimitasi
oleh makhluk baru yang berupa siswa. Tak salah jika kemudian ada pepatah;
“apabila guru kencing berdiri, maka murid pun akan kencing berlari”.
Dunia guru merupakan wahana tantangan
yang penuh inspiratif. Terlepas dari sosok guru yang tidak inspiratif, jika ada
misalnya, dunianya mencerminkan sesuatu yang selalu ter-update (terbarukan) sebagai pola perilaku pemikirannya bahwa dunai
ini secara umum tak monoton. Karena guru telah tersetting demikian, maka segala
tindak-tanduknya akan menjadi kisah penuh inspirasi dihadapan para peserta
didik. Dalam tahap inilah seorang guru memang dituntut untuk selalu membaca,
baik pembacaan secara tekstual, maupun secara kontekstual. Dari hasil
keterbacaan seorang guru ini lama-kelamaan akan melahirkan masterpiece, yaitu sebuah karya yang akan dinikmati para peserta
didiknya, ataupun guru-guru yang lain. Sebuah kebahagiaan tersendiri bagi
seorang guru demikian.
Menyangkut pada peranan guru yang penuh
inspiratif di atas, tak ada salahnya jika sejenak para guru membaca buku “Guru Menulis: Himpunan Opini”, karya
Ahmad Muhli Junaidi, seorang guru yang kesehariannya mengajar di lembaga
pendidikan formal naungan pondok pesantren Annuqayah. Sebagaimana kenyataan
bahwa banyak guru di lembaga ini melahirkan karya tulis penuh inspiratif, Bapak
Muhli, demikian dalam kesehariannya dipanggil oleh siswa-siswanya, mencoba
berbagi catatan penuh inspiratif berlatar-belakang sejarah, sebagaimana background beliau yang jurusan
pendidikan sejarah.
Bapak Muhli membagi bukunya menjadi
empat bagian. Bagian pertama adalah Kesejarahan Nasional Indonesia. Bagian ini
terdiri dari enam opini. Bagian kedua adalah Pendidikan yang terdiri dari
sembilan opini. Bagian ketiga adalah Sosial-Politik, terdiri dari sepuluh
himpunan opini, dan terakhir bagian Lingkungan Alam dan Perlindungannya,
terdiri dari tiga kumpulan opini.
Memperhatikan tema-tema yang penulis
buku ini angkat, mencerminkan betapa luasnya cakupan isi buku ini. Dalam bab
III misalnya, penulis mengangkat tema tentang betapa sepinya minat para peserta
didik terhadap sejarah bangsanya. Bapak Muhli mengkritisi bahwa hilangnya
semangat peserta didik diakibatkan guru yang mengajar sejarah terlalu miskin
metolologi sejarah, tanpa impromisasi, ditambah dengan terlalu minimnya guru
sejarah dalam menguasai filsafat sejarah itu sendiri (hlm. 29-30). Alhasil,
dari akumulasi itu, pembelajaran yang disampaikan di kelas menjadi kering dan
membosankan.
Dalam tema tentang pendidikan misalnya,
bapak Muhli mengangkat opini tentang cara membangkitkan literasi pada peserta
didik. Dia memberikan contoh baik tentang tema ini atas literasi yang berada di
sekolah-sekolah formal di bawah naungan pondok pesantren Annuqayah. Di sekolah-sekolah
itulah segala bentuk literasi berkembang dengan baik karena ditopang oleh
pengasuh dan para guru yang sangat cinta literasi, sebut misalnya K. M. Faizi
sang sastrawan nasional, K. M. Musthafa, editor handal dan sekaligus salah satu
peresensi terbaik nusantara, Bapak Asy’ari Khatab, sang penerjemah handal
Indonesia, Ibu Juwairiyah, cerpenis perempuan nusantara berbakat, dan lain-lain
(hlm. 83). Apa yang digambarkan penulis buku ini, dirasakan pula oleh saya
selaku peresensi yang berproses selama enam tahun di pondok itu. Saya dapat
meresensi, karena didikan para kiai dan guru-guru inspiratif yang ada di
Annuqayah.
Secara keseluruhan, buku yang satu ini
memang benar-benar inspiratif dalam membangkitkan semangat, tidak saja para
guru, namun siswa-siswa pun akan termantik ikut berkarya. Bagi para guru, buku
ini jelas sebagai stimulus agar berkarya juga. “Jika Bapak Muhli bisa
melahirkan karya tulis, mengapa saya tidak bisa?” Mungkin itulah perkataan para
guru apabila telah selesai membaca buku ini sampai tuntas. Dengan demikian, ke
depan akan banyak buku-buku baru yang lahi dari guru-guru nusantara, insya
Allah.@
Data Penulis :
Nama :
Izzatul Maula Shalehah
Alumni MTs 1 Putri Annuqayah dan MA 1
Putri Annuqayah.
Saat ini sedang
kuliah UNESA Surabaya, Fakultas Sosial Politik dan Hukum jurusan Pendidikan
Pancasila, semester 3.
Buku
Judul
Guru Menulis:
Himpunan Opini
Penulis
Ahmad Muhli
Junaidi, S.Pd.
Editor
Jamal Mirdad
Pewajah
Isi
Eka Ayu Lestari
Desainer
Sampul
Teddy
Penerbit
CV. Pustaka Tunggal,
Jakarta
Cetakan
I
Mei, 2017
Tebal
200 halaman
ISBN
978-602-261-1-65-67
Harga
Rp. 56.000,-
Komentar
Posting Komentar